Kebun Binatang Bandung Dulu Dikenal Derenten

Siapa yang tidak kenal dengan Kebun Binatang Bandung atau disingkat KBB. KBB menjadi salah satu tujuan wisata warga Bandung. Menurut sejarahnya, KBB atau derenten (Bahasa Belanda, red) ini sudah sejak lama berdiri. Tepatnya sejak zaman penjajahan Belanda, yakni Bandungse Zoological Park (BZP). Pelopornya, orang Belanda bernama Hoogland, seorang direktur Bank Denis. KBB mendapat pengesahan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 12 April 1933 No. 32.
Pada masa pendudukan Jepang dan selama perang revolusi, derenten telantar. Namun pada 1948, derenten kemudian direhabilitasi.Pada tahun 1956, BZP sebagai pengelola derenten kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya didirikan Yayasan Margasatwa Tamansari sekitar tahun 1957 atas inisiatif R. Ema Bratakoesoema.
Awalnya, derenten ini merupakan sebuah taman botani di Kota Bandung yang disebut jubileumpark (sekarang Tamansari), terletak di sepanjang bagian barat Huygensweg (sekarang Jln. Tamansari) sampai ke tepi timur Sungai Cikapundung. Sudut simpang segi tiga Tjihampelaslaan (sekarang Taman Hewan/Kebun Binatang) dan Huygensweg di selatan dan Lebak Gede Barat di utara membatasi areal jubileumpark. Selanjutnya, kepengurusan kebun binatang itu jatuh ke beberapa tangan sampai akhirnya ke tangan Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) pada 1954 hingga sekarang.
Taman ini diresmikan pada 1923 untuk memperingati Jubileum Ratu Wilhelmina dari Belanda sehingga diberi nama jubileumpark. Prasasti jubileumpark dibangun di sudut segi tiga selatan taman. Prasasti ini masih dapat dilihat di bagian belakang kebun pembibitan tanaman hias hingga tahun 1950-an, namun sekarang prasasti itu telah raib entah ke mana.
Rancangan awal jubileumpark sebagai taman botani yang menghimpun berbagai jenis tanaman keras dan tanaman hias. Pada 1933, bagian selatan jubileumpark dijadikan kebun binatang sehingga fungsinya berubah menjadi taman kebun binatang. Kebun binatang yang dibangun pada 1933 ini merupakan penggabungan dua kebun binatang dari Cimindi dan Dago Atas yang dirancang oleh asal Belanda, Dr. W. Treffers.
Pada 1950-an, pemerintah Repubik Indonesia mengganti nama jubileumpark menjadi Taman Sari (sebuah nama taman yang biasa digunakan di zaman kerajaan). Penggantian nama ini karena jubileumpark merupakan sebuah nama pemberian kolonial, di mana pada saat itu pemerintah Indonesia tengah gencar-gencarnya menasionalisasikan nama-nama asing.
Sayang, masyarakat sekarang hanya mengenal Taman Sari sebagai nama jalan karena taman ini sudah dianggap bagian penuh dari derenten. Nama derenten ini lebih dikenal oleh kalangan orangtua dulu, sedangkan kalangan generasi muda sekarang tidak mengenalnya.
Di KBB atau jubileumpark terdapat berbagai macam satwa yang terdiri atas badak sumatra, harimau benggal, harimau sumatra, gajah sumatra, berbagai macam jenis ular, kijang, beruang, berbagai jenis satwa mamalia, berbagai jenis burung, banteng, unta, dan masih banyak lagi. Tidak kurang dari 6.000 jenis satwa, baik yang dilindungi maupun tidak, menjadi koleksi derenten.
Selain koleksi binatang, di derenten ini juga banyak terdapat koleksi tumbuhan, khususnya asli tanah Jawa, seperti meranti, ki hiur, ki putih, kamper, pisang kipas, dan tumbuhan lainnya. Kebun binatang ini juga menawarkan mini botanical garden yang terhampar di lembah Sungai Cikapundung.
Sampai saat ini, kebun binatang masih menjadi tempat pelestarian margasatwa yang dilindungi maupun tidak. Namun bagi sebagian orang, kebun binatang dinilai sangat menarik untuk dikunjungi karena selain edukatif, terdapat kesenangan tersendiri, yakni melihat berbagai jenis binatang yang dilindungi dengan suasana "piknik".
Pada dasarnya, Kebun Binatang Bandung mempunyai beberapa fungsi, yakni selain sebagai tempat perlindungan bagi satwa liar Indonesia dan tanaman langka, juga sebagai tempat rekreasi sekaligus bisa dijadikan tempat pendidikan bagi anak-anak yang ingin mengetahui satwa liar dan tanaman langka Indonesia.
Selain itu, pada dasarnya kebun bintang ini juga terdiri atas dua tempat yang berbeda, pertama yaitu berhubungan dengan pelestarian hewan-hewan Indonesia yang dilindungi, kedua tempat yang berhubungan dengan pelestarian tumbuhan (botanical), di mana penggabungan ini dimaksudkan karena kedua tempat ini sudah tidak layak lagi untuk menyimpan berbagai binatang yang semakin lama semakin banyak.
Berbagai macam hewan, baik yang dilindungi ataupun tidak, dengan didukung tempat seperti lembah-lembah, membuat pemandangan KBB ini semakin digemari oleh orangtua dan anak-anak yang ingin menikmati suasana hawa Bandung dan mengenal jenis-jenis binatang. (SG/dari berbagai sumber)**

Komentar