Sosialisasi Imunisasi Masih Kurang

Program pemerintah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi dan vaksinasi terus digalakkan melalui Puskesmas dan Posyandu. Meskipun begitu, hingga kini kesadaran masyarakat terhadap program tersebut masih sangat kurang. Salah satunya, akibat sosialisasi tentang imunisasi dan vaksinasi belum berjalan optimal.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dr. Hanirono Sulistyo dalam acara diskusi di sekretariat Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB), Jln. Singaperbangsa 1 Bandung.
Hanirono mengatakan sebetulnya program imunisasi dan vaksinasi ini tidak hanya dari Puskesmas dan Posyandu saja, tapi juga dari kalangan swasta. Hanya saja hal ini masih belum tercover oleh pemerintah. “Swastapun banyak yang melaksanakan program ini hanya belum tercover saja oleh kita,” jelasnya.
Untuk cakupan imunisasi DPT 1, DPT 3 dan Campak di Jawa Barat sepanjang tahun 2007 mencapai di atas angka 80%. Sedangkan angka dropout DPT 1-3 dan DPT 1-campak di Jabar tahun 2007 hanya mencapai angka 6% dan 5%.
“Jika dilihat memang cakupan imunisasi di Jabar sangat tinggi. Tapi kesadaran masyarakat Jawa Barat akan pentingnya imunisasi dan vaksinasi masih tetap kurang.
Inilah yang menjadi pekerjaan kita untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang program imunisasi atau vaksin,” paparnya.
Sekalipun cakupannya tinggi, Hanirono mengungkapkan, banyak kalangan dokter di Jabar yang tidak tahu masa expire dari vaksin. Akibatnya vaksin yang diberikan hanya sebatas imunisasi bukan untuk melindungi anak-anak.
"Sangat disayangkan banyak kalangan dokter di Jabar tidak tahu masa expire vaksin. Inilah yang menjadi permasalahan besar kita," ujarnya.
Dr. Yudhi Prayudha dari MCCI/IP mengungkapkan, data cakupan imunisasi vaksin di Jabar memang cukup tinggi, namun masih sering teradi kejadian luar biasa (KLB) penyakit dari tidak diimunisasi. Biasanya KLB penyakit akibat tidak diimunisasi ini terjadi di daerah-daerah dan kondisi vaksinnya hanya 40%
"Ini artinya, berarti ada sesuatu. Apakah dari vaksinasinya atau dari yang lainnya, mungkin juga vaksin yang invalidnya lebih dari 60%," ujar Yudhi.
Ditambahkan Yudhi, dropout imunisasi DPT 1 dan DPT 3 di Jabar masih sangat tinggi. Padahal dulu, Jabar menargetkan dropout imunisasi vaksin DPT 1 dan DPT 3 dibawah 5%. "Saat ini, dropout imunisasi vaksin DPT 1 dan DPT 3 di Jabar lebih dari 10% atau lebih tinggdi Dari rata-rata nasional yang dibawah 10%," ujarnya.
Terjadinya KLB penyakit dari tidak diimunisasi di Jabar, ungkap Yudhi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kekurangtahuan para dokter dan tenaga medis lainnya terhadap masa expire vaksin. Walaupun vaksin yang sudah lewat masa expirenya tidak terlalu berpengaruh bagi kesehatan anak.
"Vaksin yang sudah lewat masa expirenya hanya menimbulkan sakit saat vaksin itu disuntikan ke tubuh anak, namun daya imunnya (lindungnya) tidak bekerja," ujarnya. Selain itu, lanjut dia, sosialiasi tentang pentingnya vaksinasi bagi warga Jabar kurang begitu optimal. "Sampai saat ini, masih banyak warga Jabar yang kurang mengerti pentingnya vaksinasi bagi anak-anak mereka," ujarnya. (SG)**

Komentar